BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai konsekuensi atas terbitnya
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP), Pemerintah, dalam hal ini Menteri Pendidikan
Nasional, telah menerbitkan berbagai peraturan agar penyelenggaraan pendidikan
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) paling tidak dapat
memenuhi standar minimal tertentu. Berbagai standar tersebut adalah: (1)
standar isi, (2) standar kompetensi lulusan, (3) standar proses, (4) standar
pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar
pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.
Dalam pencapaian standar isi (SI) yang memuat
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dicapai oleh
peserta didik setelah melalui pembelajaran dalam jenjang dan waktu tertentu,
sehingga pada gilirannya mencapai standar kompetensi lulusan (SKL) setelah
menyelesaikan pembelajaran pada satuan pendidikan tertentu secara tuntas. Agar
peserta didik dapat mencapai SK, KD, maupun SKL yang diharapkan, perlu didukung
oleh berbagai standar lainnya, antara lain standar proses dan standar pendidik
dan tenaga kependidikan.
Dalam PP nomor 19 tahun 2005 Pasal 20,
diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang
kemudian dipertegas malalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur
tentang perencanaan proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada
satuan pendidikan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Dengan demikian, guru diharapkan
untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.
Selain itu, pada lampiran Permendiknas nomor
16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, juga
diatur tentang berbagai kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik, baik yang
bersifat kompetensi inti maupun kompetensi mata pelajaran. Bagi guru pada
satuan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), baik dalam tuntutan
kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional, berkaitan erat dengan
kemampuan guru dalam mengembangkan sumber belajar dan bahan ajar.
Oleh karena itu, disamping sebagai implementasi dari Permendiknas nomor 25 tahun 2006 tentang
Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen bahwa rincian tugas
Subdirektorat Pembelajaran - Dit. PSMA (yang antara lain disebutkan bahwa melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman
dan prosedur pelaksanaan pembelajaran, termasuk penyusunan pedoman
pelaksanaan kurikulum) dipandang perlu menyusun panduan bagi guru SMA sehingga
dapat dijadikan salah satu referensi dalam pengembangan bahan ajar.
B.
Tujuan
Penyusunan Panduan ini bertujuan :
1.
Menjelaskan
pentingnya bahan ajar dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SMA.
2.
Menjelaskan konsep
dasar bahan ajar.
3.
Mengemukakan
berbagai jenis bahan ajar.
4.
Menjelaskan
langkah-langkah penyusunan bahan ajar.
C.
Manfaat
Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran
dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar dapat dibuat dalam berbagai bentuk
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar yang akan disajikan. Buku ini disusun dengan harapan bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pengembangan bahan ajar, seperti
kepala sekolah, guru, pengawas sekolah menengah atas maupun pembina pendidikan
lainnya. Bagi kepala sekolah buku ini
dapat dijadikan bahan pembinaan bagi guru yang mengalami kesulitan dalam
mengembangkan bahan ajar.
Kepala sekolah dalam kegiatannya sehari-hari juga memerlukan bahan ajar
sebagai alat bantu dalam melakukan promosi ataupun presentasi tentang hal-hal
yang berkaitan dengan pengembangan sekolah.
Bagi guru buku ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai rujukan dalam
mengembangkan bahan ajar. Dengan
mempelajari buku ini diharapkan para guru di sekolah akan mendapatkan informasi
tentang pengembangan bahan ajar yang pada gilirannya para guru dapat mengembangkan bahan ajar
untuk membantu dirinya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Di samping itu diharapkan guru juga akan
termotivasi untuk mengembangkan bahan ajar yang beragam dan menarik sehingga
akan menghasilkan satu kegiatan belajar mengajar yang bermakna baik bagi guru
maupun bagi peserta didiknya.
Pengembangan bahan ajar adalah merupakan tanggung jawab guru sebagai
pengajar bagi peserta didik di sekolah.
Bagi pengawas sekolah menengah atas atau para pembina pendidikan lainnya
keberadaan buku pedoman ini pasti bermanfaat.
Karena setiap pengawas harus mengetahui berbagai hal yang dilakukan oleh
guru, sehingga jika terdapat kesulitan yang dialami oleh guru, pengawas dapat
segera membantunya. Dengan membaca buku
pedoman ini pengawas akan mendapatkan pemahaman dan masukan-masukan tentang
bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru dalam meningkatkan kualitas
kegiatan belajar mengajar. Dengan
demikian maka pengawas akan mendapatkan bekal dalam melaksanakan tugas
kepengawasan yaitu membina guru dalam mengembangkan bahan ajar.
D.
Ruang Lingkup
Buku ini akan dikhususkan pada pembahsan tentang bahan ajar cetak sebagai
salah satu bentuk bahan ajar yang paling banyak digunakan. Pembahasan akan
mencakup:
1.
Pentingnya bahan
ajar dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah menengah atas.
2.
Berbagai jenis
bahan ajar cetak yang dapat dikembangkan.
3.
Langkah-langkah
pengembangan bahan ajar.
4.
Contoh sistematika
bahan ajar.
BAB
II
BAHAN AJAR
A.
Pengertian
Guna menghasilkan tamatan yang mempunyai
kemampuan sesuai standard kompetensi lulusan, diperlukan pengembangan
pembelajaran untuk setiap kompetensi secara sistematis, terpadu, dan tuntas
(mastery learning).
Pada pendidikan menengah umum, di samping buku-buku teks, juga dikenalkan
adanya lembar-lembar pembelajaran (instructional sheet) dengan nama yang
bermacam-macam, antara lain: lembar tugas (job sheet), lembar kerja (work
sheet), lembar informasi (information sheet) dan bahan ajar lainnya baik cetak
maupun non-cetak. Semua bahan yang digunakan untuk mendukung proses belajar itu
disebut sebagai bahan ajar (teaching material).
Untuk pembelajaran yang bertujuan mencapai kompetensi sesuai profil
kemampuan tamatan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diperlukan
kemampuan guru untuk dapat mengembangkan yang tepat. Dengan pendekatan belajar
tuntas (mastery learning) diharapkan siswa dapat menguasai
kompetensi-kompetensi secara utuh, sesuai dengan kecepatan belajarnya. Untuk
itu bahan ajar hendaknya disusun agar siswa lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran mencapai kompetensi.
Terdapat dua istilah yang sering digunakan untuk maksud yang sama namun
sebenarnya memiliki pengertian yang sedikit berbeda, yakni sumber belajar dan
bahan ajar. Untuk itu, maka berikut ini akan dijelaskan terlebih dahulu tentang
pengertian sumber belajar dan bahan ajar.
1.
Pengertian Sumber Belajar
Sering kita dengar istilah sumber belajar (learning resource), orang juga
banyak yang telah memanfaatkan sumber belajar, namun umumnya yang diketahui
hanya perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar. Padahal secara tidak terasa apa yang mereka gunakan, orang, dan benda
tertentu adalah termasuk sumber belajar.
Sumber belajar
dalam website bced didefinisikan sebagai berikut: Learning resources are defined as information, represented and stored
in a variety of media and formats, that assists student learning as defined by
provincial or local curricula. This includes but is not limited to, materials
in print, video, and software formats, as well as combinations of these formats
intended for use by teachers and students. http://www.bced.gov.bc.ca/irp/appskill/
asleares.htm January 28, 1999.
Sumber belajar
ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk
media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari
kurikulum. Bentuknya tidak terbatas
apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombinasi dari
berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru.
Sadiman
mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar
(Sadiman, Arief S., Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
Pembelajaran, makalah, 2004)
Menurut Association for Educational Communications
and Technology (AECT, 1977), sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya
yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk
gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.
Dengan demikian
maka sumber belajar juga diartikan
sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung
informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan
proses perubahan tingkah laku.
Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat dikategorikan sebagai
berikut:
a.
Tempat atau
lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar
atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai
tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar,
museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain
sebagainya.
b.
Benda yaitu segala
benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik,
maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs,
candi, benda peninggalan lainnya.
c.
Orang yaitu siapa
saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik dapat belajar
sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar.
Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
d.
Bahan yaitu segala
sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang
dapat digunakan untuk belajar.
e.
Buku yaitu segala
macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat
dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks,
kamus, ensiklopedi, fiksi dan lain sebagainya.
f.
Peristiwa dan fakta
yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa
lainnya yang guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila
sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang
dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau
lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat,
benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa.
2.
Pengertian Bahan Ajar
Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar atau teaching-material,
terdiri atas dua kata yaitu teaching
atau mengajar dan material atau
bahan.
Menurut University of Wollongong NSW
2522, AUSTRALIA pada website-nya, WebPage last
updated: August 1998, Teaching
is defined as the process of creating and sustaining an effective environment
for learning.
Melaksanakan pembelajaran diartikan sebagai
proses menciptakan dan mempertahankan suatu lingkungan belajar yang
efektif.
Paul S. Ache lebih lanjut mengemukakan tentang material yaitu:
Books can be used as reference material, or they can be used as paper weights, but they cannot teach.
Buku dapat digunakan sebagai bahan rujukan, atau dapat digunakan sebagai bahan tertulis yang berbobot.
Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian
bahwa, bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching
material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan
ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara
runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua
kompetensi secara utuh dan terpadu.
Lebih lanjut
disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
a.
Pedoman
bagi Guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada
siswa.
b.
Pedoman
bagi Siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
dipelajari/dikuasainya.
c.
Alat evaluasi
pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Pendapat lain mengatakan sebagai berikut;
Definition of teaching material
They
are the information, equipment and text for instructors that are required for planning and review upon training implementation. Text and training equipment are included in
the teaching material.( Anonim dalam Web-site)
Bahan ajar
merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktor untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Bahan ajar
adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National
Center for Vocational Education
Research Ltd/National
Center for Competency
Based Training).
Pengelompokan
bahan ajar menurut Faculté de
Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève dalam website adalah sebagai
berikut :
Integrated media-written, audiovisual, electronic,
and interactive-appears in all their programs under the name of Medienverbund
or Mediamix
(Feren Universitaet and Open University respectively).
http://tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfapeople/peraya.html>http://
tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfa-people/ peraya.html, Faculté de Psychologie
et des Sciences de l’Education Université de Genève.
Media tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif terintegrasi
yang kemudian disebut sebagai medienverbund
(bahasa jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix.
Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien mengelompokkan menjadi tiga besar, pertama auditiv yang menyangkut radio (Rundfunk), kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte). Kedua yaitu visual (visuell) yang menyangkut Flipchart,
gambar (Wandbild), film bisu (Stummfilm), video bisu (Stummvideo), program komputer (Computer-Lernprogramm), bahan tertulis
dengan dan tanpa gambar (Lerntext, mit und ohne Abbildung). Ketiga yaitu audio visual (audiovisuell) yang
menyangkut berbicara dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan suara dan
gambar (Tonbildschau),dan film/video.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disarikan bahwa bahan ajar adalah
merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta
lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar.
Sebuah bahan ajar paling tidak
mencakup antara lain :
a.
Petunjuk belajar
(Petunjuk siswa/guru)
b.
Kompetensi yang
akan dicapai
c.
Content atau
isi materi pembelajaran
d.
Informasi pendukung
e.
Latihan-latihan
f.
Petunjuk kerja,
dapat berupa Lembar Kerja (LK)
g.
Evaluasi
h.
Respon atau balikan
terhadap hasil evaluasi
B.
Mengapa guru perlu mengembangkan Bahan Ajar?
Terdapat sejumlah alasan, mengapa guru perlu untuk mengembangkan bahan
ajar, yakni antara lain; ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan
masalah belajar. Pengembangan bahan ajar harus memperhatikan tuntutan
kurikulum, artinya bahan belajar yang akan kita kembangkan harus sesuai dengan
kurikulum. Pada kurikukulum tingkat satuan pendidikan, standard kompetensi
lulusan telah ditetapkan oleh pemerintah, namun bagaimana untuk mencapainya dan
apa bahan ajar yang digunakan diserahkan sepenuhnya kepada para pendidik
sebagai tenaga profesional. Dalam hal ini, guru dituntut untuk mempunyai
kemampuan mengembangkan bahan ajar sendiri. Untuk mendukung kurikulum, sebuah
bahan ajar bisa saja menempati posisi sebagai bahan ajar pokok ataupun
suplementer. Bahan ajar pokok adalah bahan ajar yang memenuhi tuntutan
kurikulum. Sedangkan bahan ajar suplementer adalah bahan ajar yang dimaksudkan
untuk memperkaya, menambah ataupun memperdalam isi kurikulum.
Apabila bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum tidak ada ataupun
sulit diperoleh, maka membuat bahan belajar sendiri adalah suatu keputusan yang
bijak. Untuk mengembangkan bahan ajar, referensi dapat diperoleh dari berbagai
sumber baik itu berupa pengalaman ataupun pengetahauan sendiri, ataupun penggalian
informasi dari narasumber baik orang ahli ataupun teman sejawat. Demikian pula
referensi dapat kita peroleh dari buku-buku, media masa, internet, dll. Namun
demikian, kalaupun bahan yang sesuai dengan kurikulum cukup melimpah bukan
berarti kita tidak perlu mengembangkan bahan sendiri. Bagi siswa, seringkali
bahan yang terlalu banyak membuat mereka bingung, untuk itu maka guru perlu
membuat bahan ajar untuk menjadi pedoman bagi siswa.
Pertimbangan lain adalah karakteristik sasaran. Bahan ajar yang dikembangkan
orang lain seringkali tidak cocok untuk siswa kita. Ada sejumlah alasan
ketidakcocokan, misalnya, lingkungan sosial, geografis, budaya, dll. Untuk itu,
maka bahan ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan
karakteristik sasaran. Selain lingkungan sosial, budaya, dan geografis,
karakteristik sasaran juga mencakup tahapan perkembangan siswa, kemampuan awal
yang telah dikuasai, minat, latar belakang keluarga dll. Untuk itu, maka bahan
ajar yang dikembangkan sendiri dapat disesuaikan dengan karakteristik siswa
sebagai sasaran.
Selanjutnya, pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan
masalah ataupun kesulitan dalam belajar. Terdapat sejumlah materi pembelajaran
yang seringkali siswa sulit untuk memahaminya ataupun guru sulit untuk
menjelaskannya. Kesulitan tersebut dapat saja terjadi karena materi tersebut
abstrak, rumit, asing, dsb. Untuk mengatasi kesulitan ini maka perlu
dikembangkan bahan ajar yang tepat. Apabila materi pembelajaran yang akan
disampaikan bersifat abstrak, maka bahan ajar harus mampu membantu siswa
menggambarkan sesuatu yang abstrak gersebut, misalnya dengan penggunaan gambar,
foto, bagan, skema, dll. Demikian pula materi yang rumit, harus dapat
dijelaskan dengan cara yang sederhana, sesuai dengan tingkat berfikir siswa,
sehingga menjadi lebih mudah dipahami.
C.
Tujuan dan Manfaat Penyusunan Bahan Ajar
1.
Tujuan
Bahan ajar disusun dengan tujuan:
a.
Menyediakan bahan
ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan
siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau lingkungan sosial siswa.
b.
Membantu siswa
dalam memperoleh alternatif bahan ajar di samping buku-buku teks yang terkadang
sulit diperoleh.
c.
Memudahkan guru
dalam melaksanakan pembelajaran.
2.
Manfaat
Ada sejumlah manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru
mengembangkan bahan ajar sendiri, yakni antara lain; pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, kedua,
tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, ketiga, bahan ajar menjadi labih kaya
karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam
menulis bahan ajar, kelima, bahan
ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru
dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya.
Di samping itu, guru juga dapat memperoleh manfaat lain, misalnya tulisan
tersebut dapat diajukan untuk menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi
buku dan diterbitkan.
Dengan tersedianya bahan ajar yang bervariasi, maka siswa akan mendapatkan
manfaat yaitu, kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa akan lebih banyak mendapatkan
kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap
kehadiran guru. Siswa juga akan
mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus
dikuasainya.
D.
Prinsip Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-prinsip pembelajaran.
Di antara prinsip pembelajaran tersebut adalah:
Mulai dari yang
mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang
abstrak,
Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan
dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang kongkret, sesuatu yang nyata ada di
lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep pasar, maka mulailah siswa
diajak untuk berbicara tentang pasar yang terdapat di tempat mereka tinggal.
Setelah itu, kita bisa membawa mereka untuk berbicara tentang berbagai jenis
pasar lainnya.
Pengulangan akan memperkuat pemahaman
Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami
suatu konsep. Dalam prinsip ini kita sering mendengar pepatah yang mengatakan
bahwa 5 x 2 lebih baik daripada 2 x 5. Artinya,
walaupun maksudnya sama, sesuatu informasi yang diulang-ulang, akan lebih
berbekas pada ingatan siswa. Namun pengulangan dalam penulisan bahan belajar
harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan.
Umpan balik positif
akan memberikan penguatan terhadap pemahaman siswa
Seringkali kita menganggap enteng dengan memberikan respond yang sekedarnya
atas hasil kerja siswa. Padahal respond yang diberikan oleh guru terhadap siswa
akan menjadi penguatan pada diri siswa. Perkataan seorang guru seperti ’ya
benar’ atau ‚’ya kamu pintar’ atau,’itu benar, namun akan lebih baik kalau
begini...’ akan menimbulkan kepercayaan diri pada siswa bahwa ia telah menjawab
atau mengerjakan sesuatu dengan benar. Sebaliknya, respond negatif akan
mematahkan semangat siswa. Untuk itu, jangan lupa berikan umpan balik yang
positif terhadap hasil kerja siswa.
Motivasi belajar
yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar
Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan lebih berhasil
dalam belajar. Untuk itu, maka salah satu tugas guru dalam melaksanakan
pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar.
Banyak cara untuk memberikan motivasi, antara lain dengan memberikan pujian,
memberikan harapan, menjelas tujuan dan manfaat, memberi contoh, ataupun
menceritakan sesuatu yang membuat siswa senang belajar, dll.
Mencapai tujuan
ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai ketinggian
tertentu.
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertahap dan berkelanjutan. Untuk
mencapai suatu standard kompetensi yang tinggi, perlu dibuatkan tujuan-tujuan
antara. Ibarat anak tangga, semakin lebar anak tangga semakin sulit kita
melangkah, namun juga anak tangga yang terlalu kecil terlampau mudah
melewatinya. Untuk itu, maka guru perlu menyusun anak tangga tujuan
pembelajaran secara pas, sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam bahan ajar,
anak tangga tersebut dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator kompetensi.
Mengetahui hasil
yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus mencapai tujuan
Ibarat menempuh perjalanan jauh, untuk mencapai kota yang dituju, sepanjang
perjalanan kita akan melewati kota-kota lain. Kita akan senang apabila pemandu
perjalanan kita memberitahukan setiap kota yang dilewati, sehingga kita menjadi
tahu sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi kita akan berjalan. Demikian
pula dalam proses pembelajaran, guru ibarat pemandu perjalanan. Pemandu
perjalanan yang baik, akan memberitahukan kota tujuan akhir yang ingin dicapai,
bagaimana cara mencapainya, kota-kota apa saja yang akan dilewati, dan
memberitahukan pula sudah sampai di mana dan berapa jauh lagi perjalanan.
Dengan demikian, semua peserta dapat mencapai kota tujuan dengan selamat. Dalam
pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan tersebut dengan kecepatannya
sendiri, namun mereka semua akan sampai kepada tujuan meskipun dengan waktu
yang berbeda-beda. Inilah sebagian dari prinsip belajar tuntas.
E.
Jenis Bahan Ajar
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan
menjadi empat kategori, yaitu bahan
cetak (printed) seperti antara
lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan
ajar dengar (audio) seperti
kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio
visual) seperti video compact disk, film. Bahan
ajar multimedia interaktif (interactive
teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact
disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Selanjutnya pada buku pedoman ini hanya akan dibahas tentang bahan ajar
cetak. Untuk bahan ajar non-cetak akan dibahas pada buku pedoman tersendiri.
1.
Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik
maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan
oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994
yaitu:
a.
Bahan tertulis
biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk
menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari
b.
Biaya untuk
pengadaannya relatif sedikit
c.
Bahan tertulis
cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
d.
Susunannya menawarkan
kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
e.
Bahan tertulis
relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
f.
Bahan ajar yang
baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai,
mencatat, membuat sketsa
g.
Bahan tertulis
dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
h.
Pembaca dapat
mengatur tempo secara mandiri
Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku,
modul, poster, brosur, dan leaflet.
a.
Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik.
Menurut kamus Oxford hal 389, handout
is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan
oleh pembicara.
Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang
memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai
cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari
sebuah buku.
b.
Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran
dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara
misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman,
otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi. Menurut kamus oxford hal 94, buku
diartikan sebagai: Book is number of sheet of paper, either printed
or blank, fastened together in a cover.
Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid
dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil
analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
Buku yang baik
adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah
dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan
keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai
dengan ide penulisannya. Buku pelajaran
berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk
belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan
seterusnya.
c. Modul
Modul adalah
sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak
tentang:
·
Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa/guru)
· Kompetensi yang akan dicapai
· Content atau isi materi
· Informasi pendukung
· Latihan-latihan
· Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
· Evaluasi
· Balikan terhadap hasil evaluasi
Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah
menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik
yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan
satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya. Dengan demikian maka modul harus
menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan
menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
d.
Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk
menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas
yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan
dicapainya. Lembar kegiatan dapat
digunakan untuk mata pembelajaran apa saja.
Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh
peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau
referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta
didik dapat berupa teoritis dan atau
tugas-tugas praktis. Tugas teoritis
misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk
dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis
dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang
harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi
guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar
secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.
Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling
tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh
peserta didik.
e.
Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan
dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat
tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa
Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).
Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar,
selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin
saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang
menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur
didesain hanya memuat satu KD saja.
Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik
untuk menggunakannya.
f.
Leaflet
A separate sheet of
printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang
dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet
didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang
sederhana, singkat serta mudah dipahami.
Leaflet sebagai bahan ajar
juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai
satu atau lebih KD.
g.
Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses
atau grafik yang bermakna menunjukkan
posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi
siswa maupun guru, maka wallchart
didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori
alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka
wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki
kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik,
diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh wallchart
tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
h.
Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik
agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat
melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan
bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau
mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang
diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%.
Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan
tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau
bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:
·
Gambar harus
mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data. Sehingga
gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada
yang dapat dipelajari.
·
Gambar bermakna dan
dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah
pengertian.
·
Lengkap, rasional
untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber yang
benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang berakibat
penggunanya tidak belajar apa-apa.
BAB
III
PENYUSUNAN BAHAN AJAR
A.
Analisis Kebutuhan Bahan Ajar
Untuk mendapatkan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang
harus dikuasai oleh peserta didik, diperlukan analisis terhadap SK-KD, analisis
sumber belajar, dan penentuan jenis serta judul bahan ajar. Analisis dimaksud
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Analisis SK-KD
Analisis SK-KD dilakukan untuk menentukan kompetensi-kompetensi mana yang
memerlukan bahan ajar. Dari hasil analisis ini akan dapat diketahui berapa
banyak bahan ajar yang harus disiapkan dalam satu semester tertentu dan jenis
bahan ajar mana yang dipilih. Berikut diberikan contoh analisis SK-KD untuk
menentukan jenis bahan ajar.
Contoh: Analisis SK-KD
Mata Pembelajaran : Kimia
Kalas : X
Semester : 2
Standar Kompetensi : Mendeskripsikan
sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
|
Materi Pembelajaran
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Jenis
B. Ajar
|
·
Menguji daya hantar listrik berbagai larutan untuk
membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit
|
·
Merancang percobaan uji elektrolit
·
Menyimpulkan ciri-ciri
hantaran arus lsitrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil pengamatan
|
·
Larutan elektrolit dan non
elektrolit
·
Ciri-ciri elektrolit dan non elektrolit
·
...........dst
|
·
Menyusun rancangan percobaan untuk mengidentifikasi
larutan elektrolit dan non elektrolit
·
Diskusi informasi tentang hasil rancangan percobaan.
·
Melakukan percobaan daya hantar listrik untuk
menentukan ciri-ciri larutan yg
bersifat elektrolit dan non elektrolit
|
Buku, LKS
LKS
|
Kebutuhan bahan ajar dapat dilihat dari analisis di atas, jenis bahan
ajar dapat diturunkan dari pengalaman
belajarnya. Semakin jelas pengalaman belajar diuraikan akan semakin mudah guru
menentukan jenis bahan ajarnya. Jika analisis dilakukan terhadap seluruh SK,
maka akan diketahui berapa banyak bahan ajar yang harus disiapkan oleh guru.
2.
Analisis Sumber Belajar
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan bahan ajar
perlu dilakukan analisis. Analisis
dilakukan terhadap ketersediaan, kesesuaian, dan kemudahan dalam
memanfaatkannya. Caranya adalah
menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan dengan kebutuhan.
3.
Pemilihan dan Penentuan Bahan Ajar
Pemilihan dan penentuan bahan ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
kriteria bahwa bahan ajar harus menarik, dapat membantu siswa untuk mencapai
kompetensi. Sehingga bahan ajar dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan
dengan KD yang akan diraih oleh peserta didik.
Jenis dan bentuk bahan ajar ditetapkan atas dasar
analisis kurikulum dan analisis sumber bahan sebelumnya.
B.
Penyusunan Peta Bahan Ajar
Peta kebutuhan bahan ajar disusun setelah diketahui berapa banyak bahan
ajar yang harus disiapkan melalui analisis kebutuhan bahan ajar. Peta Kebutuhan
bahan ajar sangat diperlukan guna mengetahui jumlah bahan ajar yang harus
ditulis dan sekuensi atau urutan bahan ajarnya seperti apa. Sekuensi bahan ajar ini sangat diperlukan
dalam menentukan prioritas penulisan. Di samping itu peta dapat digunakan untuk
menentukan sifat bahan ajar, apakah dependen (tergantung) atau independen (berdiri
sendiri). Bahan ajar dependen adalah bahan ajar yang ada kaitannya antara bahan
ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain, sehingga dalam penulisannya harus
saling memperhatikan satu sama lain, apalagi kalau saling mempersyaratkan. Sedangkan bahan ajar independen adalah bahan
ajar yang berdiri sendiri atau dalam penyusunannya tidak harus memperhatikan
atau terikat dengan bahan ajar yang lain.
Sebagai contoh peta bahan ajar untuk Biologi SMA semester I Peta diambil
dari SK nomor 2, KD nomor 1, dimana materi pokok sebagai judul bahan ajar.
C.
Struktur Bahan Ajar
Dalam penyusunan bahan ajar terdapat perbedaan dalam strukturnya antara
bahan ajar yang satu dengan bahan ajar yang lain. Guna mengetahui
perbedaan-perbedaan dimaksud dapat dilihat pada matrik berikut ini:
Bahan Ajar Cetak (Printed)
No.
|
Komponen
|
Ht
|
Bu
|
Ml
|
LKS
|
Bro
|
Lf
|
Wch
|
F/Gb
|
Mo/M
|
1.
|
Judul
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
2.
|
Petunjuk
belajar
|
-
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
3.
|
KD/MP
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
**
|
**
|
**
|
4.
|
Informasi
pendukung
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
**
|
**
|
||
5.
|
Latihan
|
-
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6.
|
Tugas/langkah
kerja
|
-
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
**
|
**
|
|
7.
|
Penilaian
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
**
|
**
|
**
|
Ht: handout, Bu:Buku, Ml:Modul, LKS:Lembar Kegiatan Siswa, Bro:Brosur,
Lf:Leaflet, Wch:Wallchart, F/Gb:Foto/ Gambar, Mo/M: Model/Maket
D.
Penyusunan Bahan Ajar Cetak
Bahan ajar dapat berupa handout, buku, lembar kegiatan siswa (LKS), modul,
brosur atau leaflet, Wallchart, Foto/Gambar,
Model/Maket. Dalam menyusun bahan yang perlu diperhatikan adalah bahwa judul
atau materi yang disajikan harus berintikan KD atau materi pokok yang harus
dicapai oleh peserta didik, di samping itu menurut Steffen-Peter Ballstaedt
bahan ajar cetak harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
- Susunan
tampilan, yang menyangkut: Urutan yang mudah, judul yang
singkat, terdapat daftar isi, struktur kognitifnya jelas, rangkuman, dan
tugas pembaca.
- Bahasa yang
mudah, menyangkut: mengalirnya kosa kata, jelasnya
kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang.
- Menguji
pemahaman, yang menyangkut: menilai
melalui orangnya, check list untuk pemahaman.
- Stimulan, yang
menyangkut: enak tidaknya dilihat, tulisan mendorong pembaca untuk
berfikir, menguji stimulan.
- Kemudahan
dibaca, yang
menyangkut: keramahan terhadap mata (huruf yang digunakan tidak terlalu
kecil dan enak dibaca), urutan teks terstruktur, mudah dibaca.
- Materi
instruksional, yang menyangkut:
pemilihan teks, bahan kajian, lembar kerja (work sheet).
a.
Handout
Istilah handout memang belum ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Handout biasanya merupakan bahan ajar
tertulis yang diharapkan dapat mendukung bahan ajar lainnya atau penjelasan
dari guru. Steffen-Peter Ballstaedt mengemukakan dua fungsi dari
handout yaitu:
· Guna membantu pendengar agar tidak perlu mencatat.
· Sebagai pendamping penjelasan si penceramah/guru.
Sebuah handout harus memuat paling tidak:
· Menuntun pembicara secara teratur dan jelas
· Berpusat pada pengetahuan hasil dan pernyataan padat.
· Grafik dan tabel yang sulit digambar oleh pendengar dapat
dengan mudah didapat.
Sesuai dengan yang telah dijelaskan di atas bahwa handout disusun atas
dasar KD yang harus dicapai oleh peserta didik.
Dengan demikian maka handout harus diturunkan dari kurikulum. Handout biasanya merupakan bahan tertulis
tambahan yang dapat memperkaya peserta didik dalam belajar untuk mencapai
kompetensinya.
Langkah-langkah menyusun handout adalah sebagai berikut:
·
Melakukan analisis
kurikulum
·
Menentukan judul
handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan dicapai.
·
Mengumpulkan
referensi sebagai bahan penulisan.
Upayakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
·
Menulis handout,
dalam menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, untuk
siswa SMA diperkirakan jumlah kata per kalimatnya tidak lebih dari 25 kata dan
dalam satu paragraf usahakan jumlah kalimatnya antara 3 – 7 kalimat saja.
·
Mengevaluasi hasil
tulisan dengan cara dibaca ulang, bila perlu dibaca orang lain terlebih dahulu
untuk mendapatkan masukan.
·
Memperbaiki handout
sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.
·
Gunakan berbagai
sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout misalnya buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian.
b.
Buku
Sebuah buku biasanya akan berisi tentang sesuatu yang menjadi buah pikiran
dari seorang pengarangnya. Jika seorang
guru menyiapkan sebuah buku yang digunakan sebagai bahan ajar maka buah
pikirannya harus diturunkan dari KD yang tertuang dalam kurikulum, sehingga
buku akan memberi makna sebagai bahan ajar bagi peserta didik yang
mempelajarinya.
Sebuah buku akan dimulai dari latar belakang penulisan, definisi/ pengertian
dari judul yang dikemukakan, penjelasan ruang lingkup pembahasan dalam buku,
hukum atau aturan-aturan yang dibahas, contoh-contoh yang diperlukan, hasil
penelitian, data dan interpretasinya, berbagai argumen yang sesuai untuk
disajikan.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam menulis buku
adalah sebagai berikut:
·
Mempelajari
kurikulum dengan cara menganalisisnya
·
Menentukan judul
buku yang akan ditulis sesuai dengan SK yang akan disediakan bukunya.
·
Merancang outline
buku agar isi buku lengkap mencakup seluruh aspek yang diperlukan untuk
mencapai suatu kompetensi.
·
Mengumpulkan
referensi sebagai bahan penulisan, upayakan untuk menggunakan referensi terkini
dan relevan dengan bahan kajiannya.
·
Menulis buku
dilakukan dengan memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia
dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang
tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu
paragraf 3 – 7 kalimat.
·
Mengevaluasi/mengedit
hasil tulisan dengan cara membaca ulang.
Jika ada kekurangan segera dilakukan penambahan.
·
Memperbaiki tulisan
·
Gunakan berbagai
sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet,
jurnal hasil penelitian.
c.
Modul
Modul adalah seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis
sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa seorang
fasilitator/guru. Dengan demikian maka
sebuah modul harus dapat dijadikan sebuah bahan ajar sebagai pengganti fungsi
guru. Kalau guru memiliki fungsi
menjelaskan sesuatu maka modul harus mampu menjelaskan sesuatu dengan bahasa
yang mudah diterima peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan
usianya.
·
Penulisan bahan
ajar modul
Dalam menulis bahan ajar khususnya modul terdapat beberapa tahapan yang
harus dilalui, yaitu:
- Analisis SK
dan KD
Analisis dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan
bahan ajar. Dalam menentukan materi
dianalisis dengan cara melihat inti dari materi yang akan diajarkan, kemudian
kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa dan hasil belajar kritis yang harus
dimiliki oleh siswa (critical learning outcomes) itu seperti apa.
- Menentukan
judul-judul modul
Judul modul ditentukan atas dasar KD-KD atau materi pembelajaran yang
terdapat dalam silabus. Satu kompetensi dapat dijadikan sebagai judul modul
apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya kompetensi dapat
dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok
mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai
satu judul modul. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu
dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul modul.
- Pemberian kode
modul
Kode modul sangat diperlukan guna memudahkan dalam pengelolaan modul. Biasanya
kode modul merupakan angka-angka yang diberi makna, misalnya digit pertama,
angka satu (1) berarti IPA, (2) : IPS. (3) : Bahasa. Kemudian digit kedua
merupakan klasifikasi/kelompok utama kajian atau aktivitas atau spesialisasi
pada jurusan yang bersangkutan. Misalnya jurusan IPA, nomor 1 digit kedua
berarti Fisika, 2 Kimia, 3 Biologi dan seterusnya.
- Penulisan
Modul
Penulisan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
* Perumusan KD
yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu modul merupakan spesifikasi kualitas yang seharusnya
telah dimiliki oleh siswa setelah ia berhasil menyelesaikan modul tersebut. KD
yang tercantum dalam modul diambil dari pedoman khusus kurikulum 2004. Apabila siswa tidak berhasil memiliki
tingkah laku sebagai yang dirumuskan dalam KD itu, maka KD pembelajaran dalam
modul itu harus dirumuskan kembali. Dalam hal ini barangkali bahan ajar yang
gagal, bukan siswa yang gagal. Kembali pada terminal behaviour, jika terminal
behaviour diidentifikasi secara tepat, maka apa yang harus dikerjakan untuk
mencapainya dapat ditentukan secara tepat pula.
Contoh Rumusan KD yang harus dikuasai:
Anda mampu menguji daya hantar listrik berbagai
larutan untuk membedakan larutan elektrolit dan non elektrolit hasilnya
memenuhi kriteria sebgai berikut:
1)
Ada rancangan percobaan elektrolit .
2)
Terdapat kesimpulan ciri-ciri hantaran arus listrik dalam berbagai
larutan berdasarkan hasil pengamatan.
3)
Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit
berdasarkan sifat hantaran listriknya.
4)
Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus
listrik.
5)
Menjelaskan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan
senyawa kovalen polar.
* Menentukan alat
evaluasi/penilaian
Criterion items adalah sejumlah pertanyaan atau tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam menguasai suatu KD dalam bentuk tingkah laku. Karena
pendekatan pembelajarannya yang digunakan adalah kompetensi, dimana sistem
evaluasinya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat evaluasi yang
cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment.
Evaluasi dapat segera disusun setelah ditentukan KD yang akan dicapai
sebelum menyusun materi dan lembar kerja/tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
siswa. Hal ini dimaksudkan agar evaluasi yang dikerjakan benar-benar sesuai
dengan apa yang dikerjakan oleh siswa.
Contoh evaluasi dari contoh KD di atas:
No
|
(75%
kriteria keberhasilan)*)
|
Ya
|
Tdk
|
1.
|
Ada
rancangan percobaan elektrolit.
|
||
2.
|
Terdapat kesimpulan
ciri-ciri hantaran arus listrik dalam berbagai larutan berdasarkan hasil
pengamatan.
|
||
3.
|
Mengelompokkan larutan ke
dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran
listriknya.
|
||
4.
|
Menjelaskan penyebab
kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik.
|
||
5.
|
Menjelaskan bahwa larutan
elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar.
|
||
Total
|
Catatan *) : Jika 75% dari ke-5 kriteria terpenuhi, maka
dinyatakan lulus.
* Penyusunan Materi
Materi atau isi modul sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi
modul akan sangat baik jika menggunakan referensi–referensi mutakhir yang
memiliki relevansi dari berbagai sumber misalnya buku, internet, majalah,
jurnal hasil penelitian. Materi modul
tidak harus ditulis seluruhnya, dapat saja dalam modul itu ditunjukkan
referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang materi itu.
Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa
tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya. Misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi
diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam
kelompok diskusi dan berapa lama.
Kalimat yang disajikan tidak terlalu panjang. Bagi siswa SMA upayakan untuk membuat kalimat yang tidak terlalu panjang,
maksimal 25 kata per-kalimat dan dalam satu paragraf 3–7 kalimat.
Gambar-gambar yang sifatnya mendukung isi materi sangat diperlukan, karena
di samping memperjelas penjelasan juga dapat menambah daya tarik bagi siswa
untuk mempelajarinya.
* Urutan
pembelajaran
Urutan pembelajaran dapat diberikan dalam petunjuk menggunakan modul. Misalnya
dibuat petunjuk bagi guru yang
akan mengajarkan materi tersebut dan petunjuk bagi siswa. Petunjuk siswa diarahkan kepada hal-hal yang
harus dikerjakan dan yang tidak boleh
dikerjakan oleh siswa, sehingga siswa tidak perlu banyak bertanya, guru juga
tidak perlu terlalu banyak menjelaskan atau dengan kata lain guru berfungsi sebagai
fasilitator.
* Struktur bahan
ajar/modul
Struktur modul dapat bervariasi,
tergantung pada karakter materi yang akan disajikan, ketersediaan sumberdaya
dan kegiatan belajar yang akan dilakukan.
Secara umum modul harus memuat paling tidak:
- Judul
- Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa/guru)
- Kompetensi
yang akan dicapai
- Informasi
pendukung
- Latihan-latihan
- Petunjuk
kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
- Evaluasi/Penilaian
d.
Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi
tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan siswa akan
memuat paling tidak; judul, KD yang akan dicapai, waktu penyelesaian,
peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat,
langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan.
Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
·
Analisis
kurikulum
Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang
memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan
cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan
diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa.
·
Menyusun
peta kebutuhan LKS
Peta kebutuhan
LKS sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan
sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat
diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.
Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.
·
Menentukan
judul-judul LKS
Judul LKS
ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang
terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul modul apabila
kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat dideteksi
antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP)
mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai
satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu
dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS.
·
Penulisan
LKS
Penulisan LKS
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebaga berikut:
- Perumusan KD yang harus dikuasai
Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen SI.
- Menentukan
alat Penilaian
Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan
hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajar-an yang digunakan adalah
kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompeten-si, maka
alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan
(PAP) atau Criterion Referenced Assesment.
Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.
- Penyusunan
Materi
Materi LKS sangat tergantung pada KD
yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum
atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari
berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar
pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS
ditunjukkan referensi yang digunakan agar siswa membaca lebih jauh tentang
materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan
dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya
tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan
dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan berapa lama.
- Struktur LKS
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut:
* Judul
* Petunjuk belajar
(Petunjuk siswa)
* Kompetensi yang
akan dicapai
* Informasi
pendukung
* Tugas-tugas dan
langkah-langkah kerja
* Penilaian
e.
Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan
dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat
tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa
Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).
Dalam menyusun sebuah brosur sebagai bahan ajar, brosur paling tidak memuat
antara lain:
·
Judul diturunkan
dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
·
KD/materi pokok
yang akan dicapai, diturunkan dari SI dan SKL.
·
Informasi pendukung
dijelaskan secara jelas, padat, menarik memperhatikan penyajian kalimat yang
disesuaikan dengan usia dan pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat
kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata per kalimat dan dalam satu
paragraf 3 – 7 kalimat.
·
Tugas-tugas dapat
berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait dengan materi belajar dan
membuat resumenya. Tugas dapat diberikan secara individu atau kelompok dan
ditulis dalam kertas lain.
·
Penilaian dapat
dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
·
Gunakan berbagai
sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya buku, majalah, internet,
jurnal hasil penelitian.
f.
Leaflet
A separate sheet of
printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996). Leatlet adalah
bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik
biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan
menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet
sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik
untuk menguasai satu atau lebih KD.
Dalam membuat leaflet secara umum sama dengan membuat brosur, bedanya hanya
dalam penampilan fisiknya saja, sehingga isi leaflet dapat dilihat pada brosur
di atas. Leaflet biasanya ditampilkan dalam bentuk dua kolom kemudian dilipat.
g.
Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses
atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. Misalnya tentang siklus makhluk hidup
binatang antara ular, tikus dan lingkungannya atau proses dari suatu kegiatan
laboraturium. Dalam mempersiapkannya wallchart paling tidak berisi tentang:
·
Judul diturunkan
dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
·
Petunjuk penggunaan
wallchart, dimaksudkan agar wallchart tidak terlalu banyak tulisan.
·
Informasi pendukung
dijelaskan secara jelas, padat, menarik dalam bentuk gambar, bagan atau siklus.
·
Tugas-tugas ditulis
dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas membaca buku tertentu yang
terkait dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas lain misalnya
menugaskan siswa untuk menggambar atau membuat bagan ulang. Tugas dapat
diberikan secara individu atau kelompok.
·
Penilaian dapat
dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
·
Gunakan berbagai
sumber belajar yang dapat memperkaya materi
misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
h.
Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan.
Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik
agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat
melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Dalam menyiapkan sebuah gambar untuk bahan ajar dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut:
·
Judul diturunkan dari KD atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi. Jika foto,
maka judulnya dapat ditulis dibaliknya.
·
Buat desain tentang
foto/gambar yang dinginkan dengan membuat storyboard. Storyboard foto tidak akan sebanyak untuk
video/film.
·
Informasi pendukung
diambilkan dari storyboard secara jelas, padat, menarik ditulis dibalik foto.
Gunakan sumber lain yang dapat memperkaya materi misalnya foto, internet,
buku. Agar foto enak dilihat dan memuat
cukup informasi, maka sebaiknya foto/gambar berukuran paling tidak 20-R.
·
Pengambilan gambar
dilakukan atas dasar stroryboard. Agar
hasilnya baik dikerjakan oleh orang yang
menguasai penggunaan foto, atau kalau gambar digambar oleh orang yang terampil
menggambar.
·
Editing terhadap
foto/gambar dilakukan oleh orang yang menguasai substansi/isi materi video/film.
·
Agar hasilnya
memuaskan, sebaiknya sebelum digandakan dilakukan penilaian terhadap program
secara keseluruhan baik secara substansi, edukasi maupun sinematografinya.
·
Foto/gambar
biasanya tidak interaktif, namun tugas-tugasnya dapat diberikan pada akhir penampilan gambar, misalnya untuk pembelajaran
bahasa Inggris siswa diminta untuk menceritakan ulang secara oral
tentang situasi dalam foto/gambar. Tugas-tugas dapat juga ditulis dalam lembar
kertas lain, misalnya berupa menceritakan ulang tentang foto/ gambar yang
dilihatnya dalam bentuk tertulis. Tugas dapat diberikan secara individu atau
kelompok.
·
Penilaian dapat
dilakukan terhadap penampilan siswa dalam menceritakan kembali foto/gambar yang
dilihatnya atau cerita tertulis dari foto/gambar yang telah dilihatnya.
i.
Model/Maket
Model/maket yang didesain secara baik akan
memberikan makna yang hampir sama dengan benda aslinya. Weidermann mengemukakan bahwa dengan meilhat benda aslinya yang
berarti dapat dipegang, maka peserta didik akan lebih mudah dalam
mempelajarinya. Misalnya dalam pembelajaran biologi siswa dapat melihat secara
langsung bagian-bagian tubuh manusia melalui sebuah model. Biasanya model
semacam ini dapat dibuat dengan skala 1:1 artinya benda yang dilihat memiliki
besar yang persis sama dengan benda aslinya atau dapat juga dengan skala yang lebih kecil,
tergantung pada benda apa yang akan dibuat modelnya. Bahan ajar semacam ini tidak dapat berdiri sendiri
melainkan harus dibantu dengan bahan tertulis agar memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran maupun siswa dalam belajar. Dalam memanfaatkan model/maket sebagai bahan ajar harus menggunakan KD dalam kurikulum sebagai
acuannya.
·
Judul diturunkan
dari kompeternsi dasar atau materi pokok sesuai dengan besar kecilnya materi.
·
Membuat rancangan
sebuah model yang akan dibuat baik substansinya maupun bahan yang akan
digunakan sebagai model.
·
Informasi pendukung
dijelaskan secara jelas, padat, menarik pada selembar kertas. Karena tidak
mungkin sebuah model memuat informasi tertulis kecuali keterangan-keterangan
singkat saja. Gunakan berbagai sumber yang dapat memperkaya informasi misalnya
buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
·
Agar hasilnya
memuaskan, sebaiknya pembuatan model atau maket dilakukan oleh orang yang
memiliki keterampilan untuk membuatnya.
Bahan yang digunakan tentu saja disesuaikan dengan kemampuan keuangan
dan kemudahan dalam mencarinya.
·
Tugas dapat
diberikan pada akhir penjelasan sebuah model, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan oral. Tugas-tugas dapat juga ditulis
dalam lembar kertas lain, misalnya berupa tugas menjelaskan secara tertulis
tentang misalnya untuk pembelajaran biologi, fungsi jantung bagi kehidupan manusia. Tugas dapat diberikan secara
individu atau kelompok.
·
Penilaian dapat
dilakukan terhadap jawaban lisan atau
tertulis dari pertanyaan yang diberikan.
E.
Evaluasi dan Revisi
Setelah selesai menulis bahan ajar, selanjutnya yang perlu Anda lakukan
adalah evaluasi terhadap bahan ajar tersebut. Evaluasi ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah bahan ajar telah baik ataukah masih ada hal yang perlu
diperbaiki. Teknik evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya
evaluasi teman sejawat ataupun uji coba kepada siswa secara terbatas.
Respondenpun bisa anda tentukan apakah secara bertahap mulai dari one to one, group, ataupun class.
Komponen evaluasi mencakup kelayakan
isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikan.
Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:
1.
Kesesuaian dengan
SK, KD
2.
Kesesuaian dengan
perkembangan anak
3.
Kesesuaian dengan
kebutuhan bahan ajar
4.
Kebenaran substansi
materi pembelajaran
5.
Manfaat untuk
penambahan wawasan
6.
Kesesuaian dengan
nilai moral, dan nilai-nilai sosial
Komponen
Kebahasaan antara lain mencakup:
1.
Keterbacaan
2.
Kejelasan informasi
3.
Kesesuaian dengan
kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar
4.
Pemanfaatan bahasa
secara efektif dan efisien (jelas dan singkat)
Komponen
Penyajian antara lain mencakup:
1.
Kejelasan tujuan
(indikator) yang ingin dicapai
2.
Urutan sajian
3.
Pemberian motivasi,
daya tarik
4.
Interaksi
(pemberian stimulus dan respond)
5.
Kelengkapan
informasi
Komponen
Kegrafikan antara lain mencakup:
1.
Penggunaan font;
jenis dan ukuran
2.
Lay out atau tata
letak
3.
Ilustrasi, gambar,
foto
4.
Desain tampilan
Komponen-komponen penilaian di atas dapat Anda kembangkan ke dalam format
instrumen evaluasi. Contoh format evaluasi adalah sebagai berikut:
Contoh Format Instrumen Evaluasi Formatif Bahan Ajar
INSTRUMEN EVALUASI FORMATIF
Judul Bahan Ajar : ...........
Mata Pelajaran : ...........
Penulis : ...........
Evaluator : ...........
Tanggal : ...........
Petunjuk pengisian
Berilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai
dengan penilaian Anda.
1 = sangat tidak baik/sesuai
2 = kurang sesuai
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik/sesuai
No
|
Komponen
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
KELAYAKAN ISI
|
||||||
1
|
Kesesuaian dengan SK, KD
|
|||||
2
|
Kesesuaian dengan kebutuhan siswa
|
|||||
3
|
Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar
|
|||||
4
|
Kebenaran substansi materi
|
|||||
5
|
Manfaat
untuk penambahan wawasan pengetahuan
|
|||||
6
|
Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosial
|
|||||
KEBAHASAAN
|
||||||
7
|
Keterbacaan
|
|||||
8
|
Kejelasan informasi
|
|||||
9
|
Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia
|
|||||
10
|
Penggunaan bahasa secara efektif dan efisien
|
|||||
SAJIAN
|
||||||
11
|
Kejelasan tujuan
|
|||||
12
|
Urutan penyajian
|
|||||
13
|
Pemberian motivasi
|
|||||
14
|
Interaktivitas (stimulus dan respond)
|
|||||
15
|
Kelengkapan informasi
|
|||||
KEGRAFISAN
|
||||||
16
|
Penggunaan font (jenis dan ukuran)
|
|||||
17
|
Lay out, tata letak
|
|||||
18
|
Ilustrasi, grafis, gambar, foto
|
|||||
19
|
Desain tampilan
|
Komentar/saran evaluator:
..........................................................................................
..........................................................................................
..........................................................................................
|
Berdasarkan hasil evaluasi
tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau perbaikan terhadap bahan
ajar yang Anda kembangkan. Setelah itu, bahan ajar siap untuk Anda manfaatkan dalam
proses pembelajaran.
0 Response to "Makalah Pengembangan Bahan Ajar"
Post a Comment